Friedrich Nietzsche

Biografi Friedrich Nietzsche

Lahir 15 oktober tahun 1844 di Rocken Jerman,ia merupakan putra dari seorang pendeta lutheran. Ayahnya meninggal saat ia masih anak – anak karena pendarahan di otak. Kemudian Nietzsche hidup bersama ibu dan keluarga perempuannya.
Semasa kecil ia dididik keluarganya menjadi seorang pastor seperti ayahnhya,namun tak bertahan lama karena ia tidak menyukainya.
Awalnya ia masuk Schullpforta dimana ia mempelajari Filologi terkait lmu humaniora,teologi dan bahasa klasik,namun tidak bertahan lama.
Pada tahun 1864 ia pindah ke universitas Bonn dan mengambil studi filologi. Dan karena kejeniusannya dalam mempelajari teks – teks klasik ia di promosikan menjadi professor termuda yakni umur 24 tahun pada tahun 1869.
Namun pada tahun 1870 ikut dalam perang antara perancis dan prusia (jerman) sebagai dokter namun tidak lama juga,hal ini dikarenakan ia menderita oenyakit disentri,difteria dan mungkin sifilis.
Ia sempat mengajar kembali di universitas namun karena kesehatannya semakin memburuk ia berhenti mengajar dan menjalani hidupnya berdua dengan kakak perempuannya yang mengurusnya sampai akhirnya tahun 1900 nietzsche meninggal.

Pemikiran Friedrich Nietzsche

Pelopor Aforisme Sebagai Gaya Berfilsafat

Seluruh bukunya akan kita dapati gaya tulisan yang sangat unik dimana ia menggunakan aforisme sebagai cara dalam menyampaikan isi pemikirannya kedalam sebuah teks.
Hal ini menarik dan unik sekaligus sukar dipahami kita oleh para pembacanya. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan aforisme sendiri ditujukan untuk membuat maksud yang ingin ia sampaikan terselubung dan berlapis – lapis.
Aforisme yang ia gunakan juga sebagai bentuk ketidaksukaannya terhadap sistem pendidikan yang suka mensistematiskan segala sesuatu termasuk bentuk tulisan dalam sebuah buku.
Seperti yang kita ketahui bahwa didalam sistem penulisan buku normalnya akan menggunakan premis – premis yang secara tidak langsung akan menggiring kita kepada ideologi dibelakangnya,seperti rasionalisme, dimana logika dari suatu teks akan dilihat dari landasan asumsi – asumsi yang dibuat.
Terlihat Nietzsche sangat menolak digiring kedalam posisi berpikir seperti ini. Menurutnya premis – premis (asumsi) haruslah dibuat diterjemahkan atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca karena dengan begitu pembaca tidak akan digiring oleh rasionalisme yang terdapat pada suatu teks.
Aforisme yang digunakan oleh Nietzsche ini bisa dibilang sebagai titik tolak dekonstruksi derrida dalam memahami teks.
Bagi Nietzsche kata – kata tidak memiliki nilai atau metafisik dibelakangnya sehingga interpretasi pembaca akan lebih luas dalam memahami teks.
Selain itu pembaca akan terhindar dari fanatisme terhadap suatu teks,bayangkan apabila suatu teks sudah memiliki makna atau arti yang sudah diabsolutkan maka teks tidak akan bisa berkembang lagi karena sudah diabsolutkan artinya oleh si penulis.

Kritik Terhadap Dialektika

Nietzsche terang – terangan menentang metode dialektika yang diajarkan oleh Socrates dan murid – muridnya seperti Aristoteles.
Ia menganggap mereka sebagai perusak moral Yunani kuno yang asli,menurutnya dialektika itu akan menggiring pemikiran seseorang secara tidak langsung kepada silogistik.
Nietzsche juga menganggap bahwa dialektika yang didasarkan pada premis – premis dan asumsi absolut seperti ini akan menutup ruang adanya berpikir kritis.
Menurutnya Dialektika yang selalu mengabsolutkan premis secara tidak langsung tidak membuka dirinya terhadap kesimpulan yang berbeda.
Parahnya Nietzsche melihat banyak orang yang marah saat premis dipermasalahkan padahal bagaimana kesimpulan suatu pemikiran bisa berubah apabila premisnya saja tidak boleh dipermasalahkan.
Menurut Nietzsche setiap orang harus skeptis dalam menghadapi realitas apalagi hanya sekedar dialektika.

Kematian Tuhan dan Evaluasi Semua Nilai Moral

Nietzsche bagi saya secara pribadi mulai merubah nilai moral yang lama saat ia menulis bahwa ‘Gott ist tot’ (GOD IS DEAD/Tuhan sudah mati).
Dalam bukunya digambarkan zarathustra melihat masyarakat kala itu sudah tidak memerlukan adanya tuhan lagi,karena masyarakat sudah mulai banyak membuat ‘tuhan – tuhan baru’ dalam berbagai bentuk maupun aktivitas yang membuat masyarakat lupa akan tuhan.
Kemudian tuhan yang sudah mati ini secara tidak langsung menghilangkan nilai – nilai moral yang lama.
Nietzsche menggambarkan masyarakat mulai membuat tuhan – tuhan baru dalam hal ini pada abad pencerahan Sains & Positivisme dan ideologi yang lainnya.
Ia melihat masyarakat pencerahan belum sepenuhnya lepas dari abad pertengahan dimana masyarakat masih belum lepas dari kebutuhan akan kepercayaan yang dijadikan dasar pijakan masyarakat untuk hidup.
Nietzsche melihat sains dan ideologi tidak ada bedanya dengan agama,karena sains & ideologi diam – diam menolak disiplin ilmu yang lain dan menjadikan sains & ideologi mereka sebagai yang absolut dan sewenang – wenang yang mengendalikan kebenaran.
Evaluasi terhadap semua nilai moral yang ada dimana semua nilai mengenai etika dan bagaimana melihat kehidupan semuanya dievaluasi oleh Nietzsche.
Setidaknya dari apa yang saya lihat dari aforisme Nietzsche terlihat keinginannya agar kita para pembacanya menghilangkan stigma mengenai baik dan buruk terhadap suatu perbuatan secara absolut.
Karena menurutnya perbuatan – perbuatan yang baik pada kenyataanya sering dilandasi dengan niat yang buruk dan sebaliknya.
Ia juga mengajak kita untuk mempertanyakan apakah benar bahwa yang buruk itu memang benar – benar buruk atau perbuatan yang kita anggap buruk tersebut terdapat kebaikan.
Ia juga menempatkan dirinya sebagai immoral dalam hal bermakna sebagai ‘diatas moral’,bisa dikatakan perbuatan dinilai tidak lagi dalam sudut pandang moral tapi melampaui moral baik dan buruk.

Moral Dionysian dan Apollonian

Istilah Dionysian dan Apollonian  sendiri Nietzsche dari nama dewa – dewa mitologi Yunani kuno yakni Dionysos dan Apollo
Dewa Dionysos digambarkan sebagai dewa yang selalu bersenang – senang menikmati hidup,mabuk – mabukan dengan anggur,Dewa yang tidak perduli akan Batasan atau aturan yang berlaku.
Dionysos juga digambarkan sebagai dewa yang bertopeng dan dewa penari yang selalu mengikuti nalurinya dan keinginannya untuk mencapai kebahagiaannya.
Sedangkan Dewa Apollo adalah dewa yang menyimbolkan tentang kesimbangan,pengendalian diri dan ilmu pengetahuan.
Bisa dibilang Dewa Apollo adalah kebalikan dari dionysos dimana Apollo adalah lambang ketaatan terhadap norma – norma dan aturan.
filsafat friedrich nietzsche,friedrich nietzsche filosof,filsuf friedrich nietzsche,friedrich nietzsche adalah,filosofi friedrich nietzsche,filsuf nietzsche,friedrich nietzsche buku,filsafat nietzsche,filosofi nietzsche,kritik agama friedrich nietzsche
Bagi Nietzsche sosok dionysos adalah sosok yang ideal dimana manusia seharusnya lebih mengikuti nalurinya yang otentik saat berhadapan dengan realitas yang dihadapinya sehari – hari. Dan Nietzsche sangat membenci mental Apollo yang selalu mengatur dan membuat norma – norma yang dipaksakan dalam suatu masyarakat.
Nietzsche menilai bahwa mental Apollo ini akan menghilangkan keotentikan diri seseorang karena dipaksakan mengikuti alur pemikiran yang dibuat oleh norma dan aturan yang dibuat oleh masyarakat.
Nietzsche memberikan contoh orang – orang yang memiliki mental Apollo yakni Socrates dan murid – muridnya dimana mereka muncul dengan dialektika dengan dalih mencari kebenaran padahal sebenarnya mereka memiliki niat tersembunyi dibelakang mereka yaitu semangat untuk menguniversalkan suatu norma bagi seluruh orang dan mengabsolutkan nilai – nilai.
Sedangkan sosok dionysos Nietzsche gambarkan contohnya seperti filsuf – filsuf alam sebelum (pra) Socrates seperti thales,Anaximander,Empedocles,Anaxagoras.
Dimana mereka Menyusun ilmu pengetahuan mereka mengenai alam berdasarkan naluri dan pengalaman dan realita yang mereka alami sendiri.
Mereka berani keluar dari norma – norma Yunani kuno terhadap dewa dan secara radikal mulai memikirkan asal – usul zat pembentuk dunia diluar dewa-dewi Yunani kuno,Seperti teori thales mengenai asal mula Dunia dan manusia berasal dari air.
Walau pemikirannya tak sepenuhnya benar namun yang perlu kita garis bawahi adalah keberanian mereka mengikuti naluri dan bagaimana radikalnya pemikiran mereka.
Maka dari itu Nietzsche mengandaikan manusia yang ideal seharusnya memiliki mental seperti dionysos yang akan membuat peradaban akan semakin berkembang karena masyarakat terdiri dari orang – orang yang otentik.

Etika

Nietzsche berpendapat tiap – tiap individu manusia pada dasarnya mampu membuat etika mengenai apa yang benar dan salah secara moral dalam menjalani hidupnya masing – masing.
Ia melihat bahwa masyarakat jatuh pada situasi dimana entitas/kepercayaan atau orang lain yang membuat etika yang diberlakukan secara menyeluruh dan dipaksakan kepada masyarakat untuk diterapkan.
Bagi Nietzsche saat orang terjebak oleh etika orang lain yang harus dipatuhi,akan melahirkan perbudakan – perbudakan secara fisik maupun psikis dan pemikiran seseorang.
Bagi Nietzsche etika itu adalah perspektif masing – masing orang.
Maka suatu kesalahan apabila kita memaksakan suatu etika kepada orang lain yang notabene adalah perspektif orang lain.
Ia melihat perspektif memiliki corak pemikiran yang terbatas yang tidak bisa dipakai dalam semua keadaan.
Kemudian menurutnya saat tiap – tiap individu mampu membuat etika untuk diri mereka sendiri mengenai apa yang baik dan buruk maka tidak ada lagi yang namanya etika/moral yang absolut yang harus dipaksakan kepada orang lain.
Dengan begitu tiap– tiap individu akan bebas dan tidak lagi terbebani oleh etika orang lain yang akan menghalangi perkembangannya.

Genealogi Moral

Genealogi moral adalah pemikiran nietzsche untuk menelusuri asal – usul terbentuknya suatu moral yang ada dimasyarakat.
Hal ini berawal dari ketidakpuasan nietzsche terhadap para psikolog masa itu yang dimata nietzsche gagal dalam menjelaskan asal mula dari moralitas.
Nietzsche berpendapat bahwa para psikolog ini tidak memiliki semangat seorang sejarawan sehingga hasil yang dihasilkan tidak memuaskan.
Pada akhirnya nietzsche mengajak kita untuk menelusuri asal – usul suatu moral yang dibelakang moral terdapat ideologi yang bersembunyi dan harus dibuka.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa etika & moral itu adalah perspektif saja.
Maka tentu ada kepentingan dibelakangnya yang memaksakan etika & moral itu harus berlaku.

Transvaluasi Nilai

Nietzsche menyingkap adanya upaya orang – orang yang bermoralitas budak untuk membolak – balikkan nilai dan moral yang ada.
Menurutnya orang – orang yang bermoralitas budak akan berusaha mengubah makna dari ketidakberdayaan,kebodohan,kekalahan dan hal – hal negative lainnya sebagai sesuatu yang positif,Sedangkan nilai – nilai yang bagus malah dipandang sebagai hal yang negatif.
Contoh saat orang yang bermental budak menerima kekalahan ia akan berusaha mengubah nilai kekalahan menjadi ‘mengalah’ untuk menenangkan dirinya sendiri.
Bagi nietzsche pembolak-balikan nilai ini didasari orang – orang yang bermoral budak yang ingin ‘balas-dendam’  terhadap orang – orang yang bermoral tuan.

Kehendak Untuk Berkuasa

Inti dari filsafat nietzsche adalah kehendak untuk berkuasa.
Lalu apa itu kehendak untuk berkuasa? Singkatnya kehendak untuk berkuasa adalah keinginan yang muncul dari diri seorang manusia untuk mendapatkan kekuasaan agar dapat secara bebas berkreasi sesuai dengan keinginan individu tersebut tanpa dipengaruhi oleh orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung melalui norma – norma yang ada ditengah masyarakat.
Konsep kehendak untuk berkuasa inilah yang dijadikan dasar dalam seluruh pemikiran nietzsche baik dalam psikologi,metafisik maupun etikanya.
Kehendak untuk berkuasa ini bagi nietzsche dilakukan semata – mata untuk memberi manfaat bagi diri sendiri sebagai individu yang bebas.
Keinginan untuk berkuasa sendiri pada akhirnya menurut nietzsche tidak lagi dalam posisi baik atau buruk namun sudah melampaui baik dan buruk.
Keinginan untuk berkuasa disini tidak dipahami sebagai usaha untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain namun lebih kepada keinginan untuk bisa kreatif,indah dan meneguhkan hidup.
Jadi salah apabila kita memaknai keinginan untuk berkuasa sebagai ambisi untuk menindas orang lain,nietzsche sendiri mengkritik orang – orang yang seperti itu sebagai orang yang lemah.
Pada akhirnya keinginan untuk berkuasa bertujuan untuk menuju penguasaan diri sendiri dan transformasi diri sendiri yang dilakukan atas prinsip dan niat dari diri sendiri.

Ubermensch

Tujuan akhir dari filsafat nietzsche adalah ingin agar orang – orang mencapai kualitas ubermensch.
Bagi nietzsche ubermensch adalah kualitas manusia yang mampu melepaskan diri dari tuntutan masyarakat,dan mampu lepas dari ilusi yang dipaksakan oleh moral masyarakat.
Seorang ubermensch adalah manusia yang mampu menciptakan moralitasnya sendiri melampaui baik dan buruk yang didasarkan pada naluri dan pengalamannya sendiri dalam menghadapi realitas dunia sehingga menjadikannya manusia yang unggul dan memiliki mental dionysos atau tuan yang mampu dan berkuasa terhadap dirinya sendiri untuk dapat berkreatifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Karya Friedrich Nietzsche

  • Thus Spoke Zarathustra
  • Beyond Good and Evil
  • On the genealogy of morality
  • The will to power
  • The Antichrist
  • The Gay Science
  • Human,All too Human
  • Twilight of the idols
  • Thed Dawn of Day
  • Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Download Ebooks Friedrich Nietzsche

Untuk melihat dan mendowload daftar ebooks nietzsche yang tersedia klik DISINI

Rekomendasi Video Friedrich Nietzsche

filsafat friedrich nietzsche, friedrich nietzsche filosof, filsuf friedrich nietzsche, friedrich nietzsche adalah, filosofi friedrich nietzsche, filsuf nietzsche, friedrich nietzsche buku, filsafat nietzsche, filosofi nietzsche, kritik agama friedrich nietzsche, friedrich nietzsche quotes, friedrich nietzsche tuhan telah mati, friedrich nietzsche zarathustra, friedrich nietzsche kata kata, friedrich nietzsche pdf, friedrich nietzsche teori

Baca Juga:  Orestes Augustus Brownson : Biografi dan Pemikiran Filsafat